ASKEP ANAK SAKIT I
PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN ANAK
Nama Mahasiswa : Mr. Bajoel
NIM : 1397210222
Program : D3 - KEPERAWATAN
Tempat
Praktek : RS. SEHAT SENTOSA
Tanggal
Praktek : 10 –11 Mei 2010
A.
Identitas Data
Nama : Nurul Hasanah
Umur : 4 Tahun
Umur : 4 Tahun
Nama
Ayah/Ibu : Warsono
Pekerjaan
Ayah : Buruh
Pekerjaan
Ibu : -
Alamat : Jl. Raya Tugu No.2
RT.03 RW.04 Semper Cilincing
Kultur : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan
Ayah/Ibu : SD/SD
B.
Keluhan Utama
Panas dan kejang, rujukan dari RSI Jakarta
C.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1.
Prenatal
Selama kehamilan ibu
memeriksakan kehamilan 6 x di bidan, TT (+), emesis/hiperemesis (-), tidak
mengikuti senam hamil
2.
Natal
Anak lahir di bidan
swasta, lahir spontan langsung menangis, berat badan lahir 3200 gram
3.
Postnatal
Selama
postnatal, tidak ada keluhan, anak minum ASI dan tidak diberikan makanan
tambahan, sakit berat selama periode ini tidak ada
D.
Riwayat Masa Lampau
1.
Penyakit waktu kecil
Anak
tidak pernah sakit berat hanya batuk dan pilek biasa serta sering panas tinggi.
2.
Pernah dirawat di rumah sakit
Tidak
pernah
3.
Obat-obatan yang digunakan
Bila
anak sakit biasanya diberikan obat-obat bebas (seperti bodrexin, tempra dll).
4.
Tindakan operasi
Tidak
pernah
5.
Alergi
Menurut
ibu, tidak ada riwayat alergi.
6.
Kecelakaan
Menurut
ibu anaknya tidak pernah mengalami kecelakaan (kecelakaan menurut ibu adalah
tertabrak motor atau mobil) tetapi anak sering jatuh di rumah saat bermain.
7.
Imunisasi
Lengkap.
E. Riwayat
Keluarga
Keluarga tidak ada yang
menderita penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus dan penyakit
gangguan jiwa
Genogram :
F. Riwayat
Sosial
1.
Yang mengasuh
Yang
mengasuh anak adalah ibu sendiri dan kadang-kadang dibantu oleh nenek klien
2.
Hubungan dengan anggota keluarga
Anak
adalah anak keempat dari empat bersaudara dengan kakak berusia 9 tahun, 7 ½
tahun dan 6 tahun. Secara umum hubungan dengan anggota keluarga baik.
3.
Hubungan dengan teman sebaya
Klien
biasa bermain dengan teman sebayanya
4.
Pembawaan secara umum
Klien
tampak lincah dan suka bermain dengan teman-temannya sampai kadang lupa makan
G. Kebutuhan
Dasar
1.
Makanan yang disukai/tidak disukai
Anak
suka makan Chiki, Chitato dsb tetapi anak kurang suka dengan sayuran hijau
2.
Pola tidur
Anak
tidur 10 – 12 jam sehari
3.
Mandi
Anak
dimandikan dua kali sehari, memakai sabun dikeringkan dengan handuk dan bedak
gatal untuk mengobati biang keringat setelah mandi.
4.
Aktifitas bermain
Anak
sangat aktif bermain dan cepat bosan dengan satu jenis mainan.
5.
Eliminasi
BAB 1 –
2 kali sehari, BAK 6 – 8 kali sehari, sudah tidak pernah ngompol lagi
H. Keadaan
Kesehatan Saat Ini
1.
Diagnosa Medis
Encephalitis
2.
Tindakan operasi
(-)
3.
Status Nutrisi
Berat
badan klien 13 kg (40 per sentil), menurut ibu terjadi penurunan satu kilogram
semenjak sakit hingga sekarang, conjunctiva pucat dengan Hb 10,5 gr/dl (10 Mei
1999)
4.
Status cairan
Oedema
pada area muka, terpasang infus Dextrose 5%
5.
Obat-obatan
Amoxicillin
3 x 500 mg, Chloro 4 x 400 mg, Kalmet 4 x 1 cc, PCT 3 x ½ tab, Luminal 2 x 30
mg
6.
Aktifitas
Selama
dirawat, klien tidak bisa beraktifitas karena dalam keadaan pre koma
7.
Tindakan keperawatan
Penyuluhan
tentang latihan ROM pasif, perubahan posisi dan pemberian nutrisi
8.
Hasil Laboratorium
-
Protein cairan otak 87,00 (n 15,00 – 40,00 mg/dl),
Glukosa cairan otak 27,00 (n 50,00 – 80,00 mg/dl)
-
RBC 4,14 m/Ul (4,20 – 6,30)
-
HGB 10,5 g/DL (12,0 – 18,0)
-
HCT 31,1% (37,0 – 51,0)
-
MCV 75,0 fL (80,0 – 97,0)
-
MCH 25,4 pq (26,0 – 32,0)
-
RDW 14,7% (11,5 – 14,5%)
-
PLT 442 K/UL (140 – 440)
9.
X-Ray
Rontgen
dada untuk melihat kerusakan paru akibat bronchopneumonia
10. Lain-lain
Klien
dirawat sejak tanggal 5 Mei 2010 dan sampai sekarang belum sadar, terpasang NGT
dan terpasang oksigen 2 liter per menit, belum ada tanda gangguan integritas
kulit tetapi sudah ada tanda-tanda kontraktur karena kurangnya pelatihan ROM
pasif pada klien.
I.
Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan umum, kesadaran pre coma tampak sakit berat
2.
Tinggi badan 121 cm
3.
Lingkar kepala 60 cm
4.
Berat badan 13 kg
5.
Kulit, pada punggung dan area penekanan terlihat
kemerahan dan panas
6.
Tengkuk, kaku kuduk (+)
7.
Mata, conjunctiva pucat, mata bengkak, tertutup.
8.
Telinga, tidak terdapat perlukaan, tidak terdapat
cairan, cerumen (+)
9.
Hidung, terpasang NGT dan oksigen.
10. Mulut,
sulit dibuka, banyak sekret menumpuk.
11. Dada,
simetris tidak tampak adanya chest indrawing
12. Paru-paru,
ronchi(+), wheezing (-)
13. Jantung,
BJ I dan BJ II terdengar normal, murmur (-), gallop (-)
14. Perut,
tidak distensi
15. Punggung,
panas dan kemerahan
16. Genitalia,
tidak dikaji
17. Ektremitas,
simetris, kaku dan sudah ada tanda kontraktur
18. Kelenjar
getah bening, tidak ada pembengkakan
19. Tanda
vital, S 38,3 C, N 90 x per menit, R 35 kali per menit, T 95/60 mmHg
J. Pemeriksaan
tingkat perkembangan
1.
Kemandirian dan bergaul
Tidak
terkaji karena anak dalam keadaan pre koma
2.
Motorik Halus : Tidak terkaji
3.
Kognitif dan bahasa : Tidak terkaji
4.
Motorik Kasar : Tidak terkaji
K. Informasi
Lain
Ibu tidak pernah memberikan
latihan ROM pasif karena tidak pernah diinformasikan oleh perawat, pergantian
posisi hanya saat dimandikan saja.
L. Ringkasan
riwayat keperawatan
Klien datang rujukan dari
RSI Jakarta dengan keluhan panas dan kejang. Sebelumnya klien didiagnosa
bronchopneumonia tetapi setelah di RS Persahabatan didiagnosa Encephalitis.
Selama dirawat, berat badan klien turun 1 kilogram dari 14 kg menjadi 13 kg.
Klien terpasang oksigen dan infus Dektrose 5% dan sampai sekarang masih dalam
keadaan pre koma. Menurut ibu, kaki atau tangan anak sering kaku. Ibu tidak
tahu tentang ROM pasif dan pergantian posisi untuk mencegah dekubitus.
M. Masalah
Keperawatan
1.
Resiko gangguan perfusi jaringan
2.
Gangguan bersihan jalan nafas
3.
Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4.
Gangguan mobilitas fisik
5.
Kerusakan sensori persepsi
DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN IMPLEMENTASI
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial
DS : menurut ibu klien
belum pernah sadar sejak awal sakit
DO : kesadaran pre coma
|
Setelah diberikan tindakan
keperawatan :
-
Klien kembali pada keadaan status neurologis seperti sebelum sakit
-
Kesadaran klien meningkat dan fungsi sensoris meningkat
|
-
Pasien bed rest total dengan posisi tidur
terlentang tanpa bantal
-
Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
-
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu,
Respirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
-
Monitor intake dan output
-
Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk.
Kolaborasi :
-
Pertahankan pemberian oksigen 2 liter per menit
|
Perubahan pada tekanan intrakranial akan dapat menyebabkan resiko
terjadinya herniasi otak
Dapat mengurangi resiko kerusakan otak lebih lanjut
Sebagai data untuk menentukan tindakan lebih cepat
Hipertermi mengakibatkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko
dehidrasi
Aktifitas muntah meningkatkan valsava manuver
Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada
tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskemik cerebral
|
2
|
Gangguan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
pada saluran nafas
DS : -
DO : ronchi +, tampak sekret banyak pada mulut klien
|
Setelah tindakan
perawatan, jalan nafas klien bersih dan klien dapat bernafas dengan baik
|
-
Kaji adanya sekret pada area paru dan jalan nafas
-
Kaji pola, frekeunsi atau kesulitan pernafasan
klien
-
Berikan inhalasi NaCl pada klien
-
Lakukan suctoning pada klien
-
Lakukan clapping dan prinsip gravitasi
-
Ajarkan ibu tehnik clapping yang benar
|
Jalan nafas yang tersumbat
sekret tidak dapat berfungsi efektif
Untuk menentukan tindakan
lebih lanjut
Mengencerkan sekret yang
kental
Mengeluarkan sekret yang
menumpuk pada saluran nafas
Melepaskan sekret yang
menempel pada area paru
Melatih ibu untuk dapat
memberikan perawatan yang adekuat pada anak
|
3
|
Resiko injury b/d kejang,
perubahan status mental dan penurunan kesadaran
DS : menurut ibu kaki atau
tangan anak sering kejang
DO : kaki kiri dan tangan
kiri kaku
|
Setelah diberikan tindakan
keperawatan, injury tidak terjadi
|
-
Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan
otot-otot muka lainnya
-
Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan
ranjang, papan pengaman dan alat suction yang dekat
-
Pertahankan bedrest total selama fase akut
Kolaborasi :
-
Berikan therapi sesuai advis dokter seperti
diazepam, phenobarbital dll
|
Gambaran tribalitas sistem
saraf memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk
mencegah terjadinya komplikasi
Melindungi klien bila
terjadi kejang
Mengurangi resiko
jatuh/terluka jika vertigo, sincope dan ataksia
Mencegah dan mengurangi
kejang
|
4
|
Kerusakan sensori persepsi
berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensori, transmisi sensori dan
itegrasi sensori
DS : ibu mengatakan bahwa
anaknya belum pernah sadar
DO : kesadaran pre coma, anak
tidak bereaksi terhadap rangsang suara atau cahaya.
|
Setelah diberikan tindakan
keperawatan, kesadaran klien membaik dan persepsi sensori dapat kembali
seperti sebelumnya
|
-
Evaluasi secara teratur perubahan orientasi klien
dan tingkat kesadaran klien
-
Kaji kemampuan klien menterjemahkan rangsang
-
Batasi suara bising dan pertahnkan situasi yang
tenang
-
Tetap berikan stimulus pada klien dengan tetap
bicara dan menganjurkan ibu untuk tetap berkomunikasi dengan anaknya
|
Sejalan proses
penyembuhan, lesi area otak akan membaik sehingga diperlukan kajian yang
sesuai dengan kondisi klien
Informasi ini penting
untuk menentukan tindak lanjut pada klien
Menurunkan kecemasan dan
mencegah kebingungan akibat rangsang sensori berlebihan
Rangsang sensori tetap
diberikan untuk memacu memori sensori persepsi klien
|
5
|
Resiko gangguan pemenuhan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan
menelan, keadaan hipermetabolik
Faktor resiko :
-
Klien tidak sadar
-
Klien tidak bisa menelan
-
Klien tidak bisa mengunyah
|
Setelah diberikan tindakan
perawatan, nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya tanda malnutrisi dan
nilai laboratorium dalam batas normal
|
-
Kaji kemampuan klien dalam menelan, batuk dan
adanya sekret
-
Auskultasi bowel sounds, amati penurunan atau
peningkatan suara bowell
-
Timbang BB sesuai indikasi
-
Berikan makanan dengan cara meninggikan kepala
-
Pertahankan lingkungan yang tenang dan anjurkan
keluarga atau orang terdekat untuk memberi makanan pada klien
|
Faktor-faktor tersebut
menentukan kemampuan klien dan klien terlindung dari resiko aspirasi
Fungsi GI tergantung pula
pada lesi otak, bowel sounds menentukan respon feeding atau terjadinya
komplikasi (misalnya ileus)
Untuk mengevaluasi
efektifitas dari asupan makanan
Menurunkan resiko
regurgitasi atau aspirasi
Membuat klien merasa aman
sehingga asupan dapat dipertahankan
|
6
|
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan neoromuskular, penurunan kekuatan otot,
penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif
|
Setelah diberikan tindakan
perawatan, gangguan mobilitas fisik tidak terjadi dengan kriteria tidak
terjadi kontraktur, gangguan integritas kulit, optimalnya fungsi bowell dan
bladder serta peningkatan kemampuan fisik
|
-
Review kemampuan fisik dan kerusakan yang terjadi
-
Kaji tingkat imobilisasi, gunakan skala
ketergantungan dari 0 – 4
-
Berikan perubahan posisi yang teratur pada klien
-
Pertahankan body aligment adekuat, berikan latihan
ROM pasif jika klien sudah bebas panas dan kejang
-
Berikan perawatan kulit secara adekuat, lakukan
masasse, ganti pakaian klien dengan bahan linen dan pertahankan tempat tidur
dalam keadaan kering
-
Berikan perawatan mata, bersihkan mata dan tutup
dengan kapas yang basah sesekali
-
Kaji adanya nyeri, kemerahan, bengkak pada area
kulit
|
Mengidentifikasi kersakan
fungsi dan menentukan pilihan intervensi
Kemungkinan tingkat
ketergantungan (0) hanya memerlukan bantuan minimal (1)Memerlukan bantuan
moderate (3) Memerlukan bantuan komplit dari perawat (4)Klien yang memerlukan
pengawasan khusus karena resiko injury yang tinggi
Perubahan posisi teratur
dapat mendistribusikan berat badan secara meneyluruh dan memfasilitasi
peredaran darah serta mencegah dekubitus
Mencegah terjadinya
kontraktur atau foot drop serta dapat mempercepat pengembalian fungsi tubuh
nantinya
Memfasilitasi sirkulais
dan mencegah gangguan integritas kulit
Melindungi mata dari
kerusakan akibat terbukanya mata terus menerus
Indikasi adanya kerusakan
kulit
|
IMPLEMENTASI
Tgl.
|
No.Dx.Kep
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
10/5/2010
|
1.
|
-
Mempertahankan posisi bedrest klien
-
Memonitor status GCS klien
-
Memonitor tanda-tanda vital
-
Mempertahankan pemberian oksigen
|
S : -
O : Klien masih dalam keadaan pre coma, S 38,5 C, N 92 x /menit, R 35
x/menit, T 95/55 mmHg.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana intervensi
|
10/5/2010
|
2.
|
-
Mengkaji adanya sekret pada area paru dan jalan
nafas
-
Mengkaji pola, frekuensi dan kesulitan pernafasan
klien
-
Melakukan clapping pada klien
|
S : -
O : Ronchi +, sekret pada mulut banyak, sekret kental dan sulit
keluar
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana intervensi
|
10/5/2010
|
4.
|
-
Mengkaji kemampuan klien menterjemahkan rangsang
-
Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan stimulus
pada klien
|
S : Ibu mangatakan mengerti informasi perawat
O : klien precoma dan belum bersepon terhadap rangsang
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana intervensi
|
10/5/2010
|
5.
|
-
Mengkaji kemampuan klien menelan
-
Melakukan auskultasi bowell sounds
-
Menimbang berat badan klien
-
Memberikan makanan dengan kepala ditinggikan
-
Menganjurkan pada orangtua untuk membatasi
pengunjung
|
S : Ortu mengerti terhadap penjelasan klien
O : Klien tidak bisa menelan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana
|
10/5/2010
|
6.
|
-
Memberikan perubahan posisi setiap dua jam sekali
-
Memberikan penyuluhan pada ibu tentang perubahan
posisi
|
S : Ibu mengatakan mengerti tentang guna perubahan posisi
O : -
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana
|
11/5/2010
|
1.
|
-
Memonitor status GCS klien
-
Memonitor tanda-tanda vital
-
Mempertahankan pemberian oksigen
|
S : -
O : Klien masih dalam keadaan pre coma, S 38,5 C, N 92 x /menit, R 35
x/menit, T 95/55 mmHg.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana intervensi
|
11/5/2010
|
2.
|
-
Mengkaji adanya sekret pada area paru dan jalan
nafas
-
Mengkaji pola, frekuensi dan kesulitan pernafasan
klien
-
Melakukan clapping pada klien
-
Mengajarkan pada ibu tentang cara clapping yang
benar
|
S : Ibu mengatakan mengerti tentang cara clapping
O : Ronchi +, sekret pada mulut banyak, sekret kental dan sulit
keluar
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana intervensi
|
11/5/2010
|
3.
|
-
Memonitor adanya kejang pada klien
-
Mempertahankan bed rest
-
Meminta ibu untuk menjaga anaknya dan melaporkan
bila kejang terjadi lagi
|
S : Ibu mengatakan anaknya sempat kejang tadi siang
O : ektremitas kiri kaku
A : Masalah tidak terjadi
P : Lanjutkan rencana
|
11/5/2010
|
4.
|
-
Mengevaluasi kemampuan ibu memberikan stimulus
rangsang kepada anaknya
-
Mengkaji kemampuan klien menterjemahkan rangsang
|
S : ibu mengatakan sudah berbicara pada anaknya
O : Klien tidak bersepon terhadap rangsang suara dan taktil
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana
|
11/5/2010
|
5.
|
-
Memberikan makanan dengan kepala ditinggikan
-
Menganjurkan pada orangtua untuk membatasi
pengunjung
|
S : Ortu mengerti tentang pembatasan pengunjung
O : -
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana intervensi
|
11/5/2010
|
6.
|
-
Memberikan latihan ROM pasif pada klien
-
Mengevaluasi kemampuan ibu dalam memberikan ROM
pasif pada klien
|
S : -
O : ektremitas klien sudah menunjukkan kondisi kontraktur, ibu mampu
melaksanakan ROM pasif pada klien
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana intervensi
|
.png)

0 komentar: